Bismillahirrahmanirrahim...
hari demi hari menjadi semakin menakutkan. seperti tumpukan kartu yang dibuka satu persatu, terus berlanjut hingga kartu terakhir. kupikir selesai. ternyata belum. tumpukan kartu terus saja berulang.
entah sampai kapan...
aku pikir hidup diwaktu sekarang lebih mudah dibanding diwaktu lalu. ternyata tidak. aku pikir cuaca disini lebih dingin dari hatiku. rupanya tidak juga.
rentetan hal terus saja berulang.
entah sampai kapan...
dan aku terus saja bertanya, pada siapa kartu terakhir itu digenggam. atau justru tak punya empu hingga beterbangan kemana-mana. atau belum sempat direncanakan mau dibuat seperti apa.
aku entah antrian keberapa di kehidupan siapa. atau malah tiada.
tubuhku kering kerontang kehabisan air, kelelahan menanti antrian yang tak ada habisnya. mereka tanya kenapa? kamu bisa saja pergi kesebelah, atau mundur mencari antrian yang tak sama panjangnya. nyatanya aku bisa apa? kartuku dalam genggaman seseorang. takdirku hanya menunggu antrian.
aku hanya butuh hidup untuk menunggu antrian itu selesai. dan mereka hanya ingin melihat aku selesai mengantri, dengan sekarung emas digenggamanku.
nyatanya mereka salah. bukan sekarung emas yang kubawa. melainkan, sebuah catatan menuju kematian.
No comments:
Post a Comment