menanti fajar berganti siang
malam berganti pagi
pukul tujuh berganti dua puluh dua
hanya berharap
waktu cepatlah berlalu
meninggalkan kenangan manis yang segera lupa
atau kepahitan yang pasti terngiang
bulan berganti
aku takut tertabrak waktu
menumbangkan kaki yang berdiri tegap
menundukkan bahu yang kokoh tak bergerak
adakah aku siap
atau hanya pura-pura bisa
nyatanya tetap sama
aku tak tau apa-apa
kau tau segalanya
aku, bak kantuk yang tak punya mata
tak tau kasur dimana
mencintaimu sedalam yang tak kau tau
membenci sepahit rasa yang tak pernah kau bayangkan
bicarapun tak tau harus berpangkal dari mana
harus berbatasan dengan apa
seperti diajak bicara.
tapi hanya ditanya,
seperti bertanya,
tapi tak dijawab
Showing posts with label poem. Show all posts
Showing posts with label poem. Show all posts
Monday, June 22, 2015
Monday, April 20, 2015
tanpa judul
kita pernah bicara tentang sabar
nyatanya semua hal kabur tanpa jejak
kita pernah menyulut api
nyatanya ia padam sebeum sempat menerangi
kita pernah menaikkan layang-layang
mengikatnya dengan benang yang kuat
nyatanyaia tetap ingin pergi
talinya tak sekuat yang kita mau
kita bisa bicara
tapi isak tangis lebih mewakilinya
kita bisa lari
tapi kenyataan membuat kaki kita kelu
tak bisa kemana-mana
kemudian kita diam
membiarkan yang terjadi tetap terjadi
melihat yang berjalan semaunya saja
kita menyaksikan angin menggerakkan awan
tapi kita tak bisa mendekapnya
kita sedih...
kita diam...
kita menangis...
Thursday, March 12, 2015
Belajar mencintainya
well... sore dingin begini entah kenapa jariku sangat lihai bermain diatas papan huruf. entah karena terbawa suasana atau apalah namanya. yang jelas... ada sesuatu yang membuat aku apalah-apalah dibuatnya.
iya...
ada seseorang yang perlahan tersebut namanya sore ini. yang namanya selalu terngiang diantara skripsiku.
iya...
ada seseorang yang perlahan tersebut namanya sore ini. yang namanya selalu terngiang diantara skripsiku.
aku belajar mencintaimu,
setelah jalan panjang yang kutempuh
setelah kutahu bahwa masa depanku begitu dekat denganmu
setelah rasa raguku kaku oleh pembuktianmu
kini cinta biarlah menjadi dirinya
tak perlu diminta
tak perlu dipaksa
relakan rintih menjadi tawa
izinkan tangisan dosa menjadi senyuman doa
biar
biarkan waktu yang menjawabnya
pada siapa kita mengiba,
biarlah Ia saja yang menjawabnya
aku belajar mencintaimu,
dan aku berhasil.
Friday, November 7, 2014
No Caption
Lagi....
Ilalang itu tumbuh ditempat yang bertuan
Dengan tanah kering padahal hari hujan
Dengan rerumputan panjang tak terurus
Aku baru sampai di pelatarannya
Baru saja menginjakkan kaki lepas dari gerbang rumah ini
Na'as...
Aku menemukan spesies itu disana
Ku hela napas panjang
Ku hembuskan dengan sangat perlahan
Aku ingin merasakan damai
Walau hanya sebentar
Sebentar saja...
Sebentar saja...
Ilalang itu tumbuh ditempat yang bertuan
Dengan tanah kering padahal hari hujan
Dengan rerumputan panjang tak terurus
Aku baru sampai di pelatarannya
Baru saja menginjakkan kaki lepas dari gerbang rumah ini
Na'as...
Aku menemukan spesies itu disana
Ku hela napas panjang
Ku hembuskan dengan sangat perlahan
Aku ingin merasakan damai
Walau hanya sebentar
Sebentar saja...
Sebentar saja...
Tuesday, May 27, 2014
Mau jadi apa?
Apa yang membuat keyakinan manusia bertahan?
Padhal apa-apa yang diucap tak pernah didengar
Apa-apa yang dijanjikan tak pernah dipegang
mata yang adalah lensa paling sempurna
tapi kesaksiannya tak pernah dipercaya
mulut yang adalah pelafal paling sempurna
nyatanya ucapnya saja tak diminta Tuhan di
akhirat kelak
tangan yang adalah lapisan terpeka
nyatanya tak bisa bebas menyentuh siapa saja
dan apa saja
hati yang adalah penjaga perasaan paling bijak
nyatanya masih sering ditanya “sungguh?”
lalu siapa yang bisa dipercaya?
Jika setiap kerinduan belum bisa pulang
Jika setiap ucapan sayang tak bisa
terungkapkan
Jika semua pengorbanan tak dianggap apa-apa
Hanya dusta
Hanya celoteh kasar tak berguna
Padahal mau Pulang, kan?
Dari mana tahu jalan jika tak pernah memberi
kepercayaan
Sedang peta-pun tak pernah dihafalkan
Saturday, May 10, 2014
Mau jadi apa?
Apa yang membuat keyakinan manusia bertahan?
Padahal apa-apa yang diucap tak pernah didengar
Apa-apa yang dijanjikan tak pernah dipegang
mata yang adalah lensa paling sempurna
tapi kesaksiannya tak pernah dipercaya
mulut yang adalah pelafal paling sempurna
nyatanya ucapnya saja tak diminta Tuhan di akhirat kelak
tangan yang adalah lapisan terpeka
nyatanya tak bisa bebas menyentuh siapa saja dan apa saja
hati yang adalah penjaga perasaan paling bijak
nyatanya masih sering ditanya “sungguh?”
lalu siapa yang bisa dipercaya?
Jika setiap kerinduan belum bisa pulang
Jika setiap ucapan sayang tak bisa terungkapkan
Jika semua pengorbanan tak dianggap apa-apa
Hanya dusta
Hanya celoteh kasar tak berguna
Padahal mau Pulang, kan?
Dari mana tahu jalan jika tak pernah memberi kepercayaan
Sedang peta-pun tak pernah dihafalkan
Thursday, March 6, 2014
Rindu tak bertuan
aku mengiba pada Sang Pujangga malam
hadirkanlah dia agar aku tak menjadi gila dengan diri ini
hadirkan...
agar berkurang barang segumpal sesak didada
sehingga tertinggal senyum di dekat sakit yang tengah melanda
pekat ketika rindu ini hanya tertahan disini saja
saat bulir-bulir air mata tak menemui penyeka
adakah yg lebih sempurna dari ini
sebuah rindu tanpa tujuan
rasa cinta tanpa tuan
rindu
mengapa masih saja terasa
terendap dalam sayup-sayup nada
padahal tak satu manusiapun mendengar cerita tentang dia
hanya masa-masa yang tak sanggup bergerak
lalu membeku menjadi selembar potret kenangan yang kaku
tak bergerak
ya, bagaimana mungkin jika aku masih saja terpaku
pada alunan-alunan syahdu
pada lantunan-lantunan merdu
pada jari-jemari yang sempat menjadi satu
rindu
tundukanku semakin dalam
semakin mencarimu dalam-dalam
mejadi pecandumu dalam diam
dihadapanmu aku seperti mayat yang tak bertulang
hanya diam
hanya membeku dan lesu
siapa yang bisa memberi nyawa untukku?
sedang Tuhan-pun tengah mengajariku arti pulang
rindu
aku direnggut paksa olehmu
lewat sela rusukku
menembus bata-batas sukmaku
aku hanya ingin ikut pulang
denganmu yang tetap tak berkurang
tapi, bisakah?
sincerely, me
Tuesday, December 31, 2013
(masih) Ilalang kah?
Bismillahirrahmanirrahim...
Apa hebatnya memiliki tapi maya, apa untungnya mencintai tapi terasa hampa, padahal bukankah hakikat cinta itu selalu mengisi? ~ Anisa Ayumi
sebenarnya nggak bisa dibilang terabaikan, mungkin karena saya yang terlalu mendramatisasi keadaan makanya sedikit miss saja rasanya ya Tuhan, saya seperti nggak benar-benar ada di sana. omongan manusia siapa sih yang bisa jamin benar? nggak ada. kadang kita selalu ingin menampilkan hal terbiaik di depan orang-orang yang kita cintai, tapi tak jarang jura apa yang kita lakukan justru dinilai konyol atau hanya dikasih apresiasi dengan kata "ini orang apaan sih?" nyesek ya? pastilah.
nggak ada satu manusia pun di dunia ini yang nggak pamrih. sama Allah aja kita pamrih kan
sincerely, Ayumi
Apa hebatnya memiliki tapi maya, apa untungnya mencintai tapi terasa hampa, padahal bukankah hakikat cinta itu selalu mengisi? ~ Anisa Ayumi
sebenarnya nggak bisa dibilang terabaikan, mungkin karena saya yang terlalu mendramatisasi keadaan makanya sedikit miss saja rasanya ya Tuhan, saya seperti nggak benar-benar ada di sana. omongan manusia siapa sih yang bisa jamin benar? nggak ada. kadang kita selalu ingin menampilkan hal terbiaik di depan orang-orang yang kita cintai, tapi tak jarang jura apa yang kita lakukan justru dinilai konyol atau hanya dikasih apresiasi dengan kata "ini orang apaan sih?" nyesek ya? pastilah.
nggak ada satu manusia pun di dunia ini yang nggak pamrih. sama Allah aja kita pamrih kan
aku mencintainya
dengan segenap perasaan terbaik yang sanggup aku berikan
aku memilikinya
tapi maya
tak sedetik pun aku berani menyeka air matanya, peluhnya, sedihnya
aku hanya sebayang wajah yang muncul di layar ponsel
atau sebaris nama yang tertera dalam setiap doa
bukan tentang kesakitan ketika kau tak ada kabar
bukan takut kau tinggalkan ketika rasanya hampa
aku hanya ingin dianggap ada
tidak sebagai bayangan tak nyata
aku...
yang dengan segenap air mata rela menunggumu beberapa waktu
bukan untuk kau abaikan
aku hanya ingin menjadi pesan singkat yang tidak hanya dibaca kemudian dihapus
kita sepakat bakwa kita adalah ilalang liar yang tak diharapkan
biarpun tunas terus di tebas
kau dan aku tetaplah akar yang mengurat luas
lalu mengapa tak sedetikpun kita bertatap mata?
bukankah setiap ilalang tak pernah sendirian?
sayang...
adakah kau diam karena tak bisa bicara?
sincerely, Ayumi
Monday, March 11, 2013
Selesai
penantian ini hampir usai
perasaan cintanya mulai kalah dengan bias cahaya
rasa lelahnya hampir penuhi ruang asa
sepertinya warnaku hampir usang
aku ingin melepas...
sudah...
semua jenuh mengembun hingga membuncah
meski tangan masih menarik
walau cincin masih enggan terlepas
pergilah...
jemput ia dengan separuh bahagiamu bersamaku
biar bunga ini tumbuh sendiri
mekar sendiri
hingga saatnya ia tanggal sendiri pula
aku akan berbalik, tanpa memelukmu lagi
akan ku usap air mataku, sendiri
akan ku sisihkan duriku, sendiri
aku... melepasmu dengan bismillah...
Saturday, February 23, 2013
Marah
aku resmi menunduk dalam gelap
entah esok, lusa atau satu jam kedepan
aku hanya butuh kamu tahu
malam ini, aku tidak menyesal membunuhmu dari garis bayanganku
tidak untuk sekarang
asa yang pernah menjulang
impian yang kini pun telah ku kandaskan
biar saja
aku tidak menyesal
sekarang atau tahun depan tetap sama
hati bisa terluka, tangis bisa menyiksa
tapi disini, di kertas ini,
demi Tuhan tidak akan aku lupakan
kau,
menyiksaku dengan separuh tanganku yang kau buang
belum puas, hah?
ini asa baruku
silakan hempas, aku takkan gentar
kau hanya sebutir pasir di bawah injakan kakiku
teruslah berbuat, karena kau tak akan pernah menang
Sunday, December 16, 2012
Sang Penari Tanggai
Aku
menemukan hari itu
Ketika
kaki tak pernah lelah berpijak
Atau
tawa yang tak henti membahak
Saat
ketika kita jejak langkah sepanjang trotoar ampera
Menari
berputar bak penari tanggai
Pikirku
kembali ke lima tahun yang silam
Kutuliskan
namamu, namaku, namanya, dan nama mereka di puncak pagoda
Ku
abadikan kata kita di ranting tertinggi pohon cinta
Pulau
kemaro, ampera, masjid agung
Tiada
cerita mereka tanpa kita
Tiada
cerita tanpa selingkar aliran air ditengah tatanan kota
Kau
dan aku menari bersama
Meretas
kenangan para penari tanggai
Berirama
indah dalam setiap denting ketukan nada
Kita
dan kisah sang penari daerah
Sepakat
kita tetapkan ini sebagai penanda sejarah kehidupan
Gadis
belia bergingsul kanan ini sekarang merindukan lenggok kalian
Kita
dalam satu melodi
Kita
dalam satu pijakan
Kita
dalam satu rasa yang tak lepas dari tatanan daerah
Tanganku
memang tak lagi lunglai memainkan setiap gerakan
Tapi
jiwaku masih utuh sebagai penari pentas
Aku
kembali melintasi batas waktu
Otakku
mulai memutar video dari proyektor masa itu
Ah,
aku rindu menarikan gending sriwijaya ditengah mereka
Aku
merindu, menjadi sang penari tanggai
Sunday, December 9, 2012
Terakhir kali
Wahai ibu…
Cintamu yang tak putus, terus…
Asamu yang tak padam, masih tertanam
dalam
Peneman hidup hingga usia ke dua
puluh delapan
Matamu sayu, tak lagi bening bersinar
Lembut belaimu yang mulai terasa semu
Kulit keriputmu yang mulai pucat pudar
Wahai ibu…
Untuk terakhir menemuimu
Kubingkai tangis menjadi doa
Terlantun FirmanNya mengiringimu
menjauh
Wahai ibu…
Ragamu yang terbaring tanpa gerak
Tangismu yang takkan lagi menggugu di
sepertiga malam
Inilah awal kerinduanku untukmu,
bidadariku
Langkah tatihmu menuju surga
Senyum indahmu membelai tirai pemisah
antara engkau dan aku
Wahai pahlawan rahimku…
Aku mulai merindu shalawatmu
Selamat jalan ibu…
Saturday, November 24, 2012
Untuk Rainy
Sejak mata ini
terbuka, kau telah tersebut dalam lisan
Sedetik
kemudian kau hilang, lalu datang dari arah yang berbeda
Ibarat fajar bisa
saja terhenti ketika mendung mulai berontak
Atau bahkan
langit telah menangis sejak tadi malam
Namun syair tentangmu seakan ingin terus teruraikan
Kau bagai
embun yg begitu lembut dan suci
Kau bagai
hujan yang selalu menenangkan
Wajahmu hadir
menggantikan dia yang dicemburui
Menggantikan
segala amarah dengan bulir-bulir tenang
Aku bahkan
serasa tersihir oleh lambanmu menghantar kebahagiaan
Perlahan namun menusuk
Terasa
getar saat semua indra mulai peka akan kedatanganmu
Sendiku seakan
kaku, enggan bergerak
Logika tak mampu lg menghayalkan apa yg akan terjadi
Tetes pertama
adalah rasa syukur ku pada Tuhan
Tetes kedua adalah penyejuk keletihan raga
Ribuan tetes
selanjutnya bak kedamaian darimu
Aku tak ingin
kau bersuara, tak perlu kau minta
Aku akan
menjagamu selama aku mampu
Seperti menjaga embun setelah hujan
Kau anugerah, kau yang terindah
Tanahku usang,
karena kakimu tak pernah tertapak disana
Dan sekarang…
aku tau jiwamu merindukanku
Hadirlah, lihat gerbang itu mempersilakanmu datang
Jika kau lelah
pada langkah yang tak terhenti, kembalilah lagi
Tidurlah di pangkuan
ku...
Wednesday, November 21, 2012
Firasat...
Firasat ini membuatku berenang dalam angan
Melambung dalam khayalan
Firasat ini menghantarkanku dalam mimpi
Membuatku mengerti tidak semuanya harus dipelajari
Firasat ini mengajarkan perasaan
Rasa untuk membenci atau mencintai
Rasa untuk mengerti atau mencaci
Firasat ini membubuhkan asa dalam perih
Menumbuhkan cinta dalam pedih
Merambatkan rindu pada rasa yang tak sempat tertambat
Firasat ini sahabat sejati
Ketika memilih atau menghargai
Firasat ini satu, tidak dibeli, tidak digadaikan
Firasat itu hati...
Firasat itu diam...
Firasat itu memutuskan...
Aku benci dengan perasaan seperti ini. Menunggu keputusan sang firasat yang setiap hari bertambah aneh. Kapan firasat ini nyata?. Hanya mengenang setiap hal yg tak mungkin kembali. Aku senang betkutat dengan kertas dan pena. Tapi tidak dengan ingatan. Karena mengingatmu seperti mendekat ke neraka. Luka serasa dibuka. Pedih serasa ditindih. Untuk apa menulis jika masih harus menunggu. Masih harus menyiksa hati. Aku bosan berkutat dengan firasat yang seperti membodohkan akal sehat. Menunggumu? Hah... Mau berapa abad lagi? Firasat ini telah merubah. Sudahlah biarkan firasat ini memilih. Entah ia ingin membenci tau berubah mengerti...Melambung dalam khayalan
Firasat ini menghantarkanku dalam mimpi
Membuatku mengerti tidak semuanya harus dipelajari
Firasat ini mengajarkan perasaan
Rasa untuk membenci atau mencintai
Rasa untuk mengerti atau mencaci
Firasat ini membubuhkan asa dalam perih
Menumbuhkan cinta dalam pedih
Merambatkan rindu pada rasa yang tak sempat tertambat
Firasat ini sahabat sejati
Ketika memilih atau menghargai
Firasat ini satu, tidak dibeli, tidak digadaikan
Firasat itu hati...
Firasat itu diam...
Firasat itu memutuskan...
Ini tentang firasat... Bukan tentang lagu...
Monday, November 19, 2012
Dia? Kapan pulang?
Hening ini ku biarkan
merayap dalam sepi
Menyempurnakan hujan
yang begitu syahdu bernyanyi
Ahh dingin ini begitu
romantis
Memberi salam
kerinduan pada dia yang tak jua datang
Dia? Kapan pulang?
Rindu ini melesat
cepat
Memaksa jantung
mendegub lebih hebat dari biasa
Dia.. kapan pulang?
Wajahmu, wahai
pemilik hati…
Senyum indah yang tak
pernah lelah berkembang
Jiwa tulus yang tak
pernah lelah mengenang
Dia.. kapan pulang?
Kepadanya kasih tulus
yang tak pernah habis
Untuknya hati indah
yang tak henti mencintai
Iya, dia? Kapan pulang?
Subscribe to:
Posts (Atom)