Wednesday, November 14, 2012

Cerita Kecil


Assalamualaikum…
Bismillahirrahmanirrahim…

“Seindah apapun rencanamu, ingatlah bahwa masih ada yang lebih berhak atas hidupmu, ingatlah bahwa masih ada Dia yang memilikimu secara mutlak, ingatlah bahwa rencana indahmu masih bisa tumbang oleh KeputusanNya” - Anisa Ayumi-

Sore itu saya sedang bingsal. Juli 2010. Saya lupa tanggalnya. Menunggu hasil seleksi beasiswa Akademi Kimia Analisis Bogor dan pengumunan Poltekkes kemenkes Palembang. Jantung saya serasa bedegub lebih cepat dari biasanya. “bund, apakah saya akan jadi salah satu orang yang beruntung itu ya?” Tanya saya dengan suara agak parau. “kalau itu rezekimu, Allah pasti kasih ke kamu nak” jawaban itu seperti hujan sekaligus salju, nyaman dan menyejukkan hati saya. tapi tetap, tidak bisa menghilangkan “hal ganjil” itu dari otak saya.

Pagi di minggu kedua bulan juli, di depan kantor kepala sekolah SMA N 1 Buay madang saya menunggu kabar dari bapak Kepsek. Sejam kemudian degub itu hilang, diganti dengan tangisan yang tandanya saya tidak lulus beasiswa itu. Pulang dengan keadaan hati setengah hancur dan putus asa. “bagaimana saya mau kuliah kalau nggak dapet beasiswa” pikir saya pesimis. Dirumah bunda seperti sudah tau dengan kabar yang akan kau sampaikan. “Allah tau yang terbaik untukmu nak”. Yah, memang benar seperti itu kiranya. Dan itu memang bukan Cuma teori.

Seminggu kemudian pengumuman Sipensimaru Poltekkes Kemenkes Palembang. Dan kamu tahu, saya gagal lagi. Harapan itu seakan patah bahkan hanyut terbawa ombak. “saya mau gimana lagi ini. coba kemarin ikut PMDK di UNY, ambil sastra Indonesia”. Setidaknya saya tidak terlalu kecewa karena sudah mencoba hal yang saya inginkan. Ini yang paling membuat hati saya hancur. Putus asa sebelum mencoba.

Seminggu merapikan kepingan hati yang terburai kemana-mana, sungguh sulit. Tapi saya yakin, ada bunda yang doanya tidak pernah putus untuk saya. malam itu pukul 19.00, lagi-lagi menunggu pengumuman hasil tes SNMPTN Universitas Sriwijaya. Saya memang hanya mengambil Universitas ini. karena bunda tidak pernah mengizinkan saya keluar dari Sumatera Selatan. Takut kalau saya Cuma bisa pulang setahun sekali katanya. Pukul 20.30 saya dapat Sort Message Service (SMS) dari sahabat saya. “say… selamat ya kamu diterima di Teknik Kimia Unsri!! Selamat ya. We proud of you :D” .” eh, ndul.. yang anak Unsri ya. Selamat selamat…” hah? Ini bener? Bukan mimpi? Rasanya mungkin persis seperti pepatah kemarau setahun dibalas hujan sehari (maaf kalau salah). Rasanya energy saya balik 50% lagi (tau kan alasannya apa?). “bundaaaa… saya masuk unsri!!” ucapan syukur tidak berhenti terucap dari bibir bunda. Pipi kanan-kiri sudah tidak ada sisa yang masih kosong. Dicium bertubi-tubi hingga hampir ludes. :D

Tapi ternyata… hati saya tidak sebahagia itu. Bayangan Jurusan Sastra Indonesia Universitas negeri Yogya itu masih jadi bayang-bayang menggalaukan buat saya. bagaimana mungkin saya bisa menjalani hal yang tidak saya suka.

“buat apa SMA di eksak kalau kuliah di Bahasa. Mau jadi apa kamu?”.”saya suka nulis mbak, setidaknya saya mau menghasilkan uang dari hobby saya, dengan wadah yang saya pilih. Kapan sih saya di kasih kebebasan untuk menentukan hidup saya”. “kalau kamu masih ngotot mau kuliah di bahasa, kuliah sendiri sono. Cari duit sendiri. Aku nggak mau biayain kamu”

Perdebatan itu selalu terngiang-ngiang di telinga saya. mau banting setir  itu seperti tidak mungkin. Dan akhirnya memang saya harus mengorbankan harapan saya. lagi-lagi harapan itu terkubur bersama tanah basah dan hujan mulai perlahan menghanyutkannya hingga hilang tak bersisa.

“bunda seneng banget kamu masuk unsri”. “kenapa bun?, kok saya malah nggak terlalu ya”. “iya, tiap sujud bunda nggak pernah lepas doain supaya kamu nggak diterima di Bogor atau Poltekkes. Bunda nggak bisa jauh dari kamu”. Ternyata benar, jika Ibu sudah tidak meridhoi maka semuanya seperti dipersulit oleh Allah. Jalan saya selalu buntu. Seperti mencari jalan keluar di tengah labirin yang jalan keluarnya Cuma ada satu dan itu tersembunyi. Mendengar pernyataan itu seperti terlempar dari galaxy biama sakti, tertabrak meteor dan mendarat di matahari. Sakit, pedih, perih, panas. Ya seperti luka yang darahnya masih mengalir lalu disiram garam, kemudian di panggang. Sakit luar biasa merajam.

Sekali lagi ini bukan pilihan saya. bahkan sampai detik ini, saya duduk di semester 5 dan belum menemukan apa yang saya butuhkan. Sense of Engineering  itu belum ada di diri saya. saya masih meneruskan hobi nulis saya. jiwa saya masih mengambang di sastra. Tapi tubuh saya disini, di tempat yang saya rasa seperti penjara.

“kenapa kamu masuk tekim dek?” Tanya salah satu kakak tingkat saya. “kejeblos kak”. “tekim itu apa sih dek?”. “nggak tau kak”. “kamu masuk tekim karena mau kerja di perusahaan apa dek?”. “saya pengen jadi penulis kak”. Kurang lebih ini jawaban saya setiap kali ditanya saya mau jadi apa?. jawaban nya selalu sama. PENULIS.

Aneh, iya aneh memang. Pilihan saya selalu bertolak belakang dengan apa yang saya mau. Pada akhirnya memang pilihan orang tua kadang menjadi pondasi terbesar ketika hati saya bimbang, bahkan mungkin terkesan hakim untuk hidup saya. sejauh ini saya masih belum nyaman dengan semuanya. LENTERA JIWA saya tidak disini. Masih di lorong galap yang saya tidak tahu di sisi sebelah mana ia diletakkanNya.

…Untuk bundaku tersayang, maaf jika hati saya masih tidak disini. Maaf untuk 5 semster yang tidak menghasilkan apa-apa. maaf untuk 2 tahun lebih yang belum bisa saya dedikasikan untuk bunda. Maaf untuk semua hal yang tidak ikhlas saya kerjakan. Dan maaf jika pilihan saya tetap saya perjuangkan…

Kelak, saya akan menuliskan semua cerita ini dalam lembaran lembaran kehidupan yang bisa dibaca oleh semua orang. Yang akan terpampang di etalase-etalase. Yang akan menginspirasi mereka untuk tidak melakukan hal yang sama. Yang bisa di simpan oleh mereka, calon-calon malaikat kecil saya. InsyaAllah…

1 comment:

  1. semangat ya :) semua akan indah pada waktunya :D

    -RR-

    ReplyDelete