Monday, April 8, 2013

Cuma Paul yang tahu rasanya jadi saya...

bismillah...

hatiku lebam, terlalu sakit untuk menunggu kepastian. aku terjerembab dalam dunia yang kelam. tiba-tiba terperosok, tiba-tiba terangkat, tiba-tiba jatuh ke jurang. semua serba tiba-tiba dan aku belum siap untuk sebuah penyiksaan tiba-tiba... -anisa ayumi-

ternyata hati masih berusaha mempermainkan aku. rasanya sesak. aku bahkan tidak tahu bagimana mengikhlaskan luka di hatiku. sakit pasti, sesak lebih lagi. ditenah jalan yang KATANYA hanya ada kau dan aku ini rasanya mulai sepi dengan kepastian. atau bahkan sudah hilang. aku seperti di tikam. sakit. sangat tragis.

saya cuma mau bilang terimakasih untuk semua ikatan yang pernah ada. terimakasih untuk rasa yang sebenarnya tidak pantas untuk aku jaga dan akhirnya memang harus terlepas juga. terimakasih untuk semua ilmu agama, kepercayaan, dan antek-anteknya.

aku hanya ingin lepas...

dan memang hanya itu yang aku inginkan sekarang. aku seperti kau masukkan dalam penjara. tanpa seorangpun yang kau izinkan melihatku, berbicara denganku atau sekedar memberikan semangat untukku. tidak orang tuaku, tidak juga orang tuamu.

apa ini adil? tidak! ini bukan hidup yang layak untuk seorang wanita yang SEMPAT kau juluki calon ibunda. ini menyiksa. bukan mencinta.

tiba-tiba kau datang, menemukanku dalam keadaan usang, kering kerontang. kau seperti malaikan pembawa berita bahagia. kau ajak aku terbang. mengudara dengan sejuta rasa. senang, bahagia tapi satu yang tak kau ajarkan padaku. kau tidak pernah mengajariku mengatasi luka.dan itu menjadi kelemahanku. sayapku seperti  baling-baling pesawat yang kokoh. terlebih ada kau yang seperti dewa di hidupku.

hingga kemudian kau perlahan melepas tangan. membiarkanku melayang-layang padahal kau tak pernah mengajariku cara terbang. aku tidak tahu bagaimana memulai kepakan pertama. aku terlalu dimanja rasa yang akhirnya aku tidak pernah tahu apa-apa. kau mungkin tak pula berniat mengajariku apa-apa.

sekarang, saatku mulai mengerti arti terapi terbang, kau justru melemparku ke bawah jurang. aku sudah belajar bagaimana cara mendarat walau tanpa kau pegang. tapi tidak tahu bagaimana menyiapkan diri untuk jatuh de dasar jurang. curam. aku takut... aku takut tak bisa kembali menikmati cakrawala. tega nian kau banting aku sekeras ini. padahal aku tak tahu apa-apa. aku tak tahu salahku dimana. aku tak tahu khilafku atas dasar apa. tak sengaja? ini sulit dipercaya.

jika memang tak berniat mengajakku mendarat, jangan ajari aku terbang bersama, jangan ajari aku bagimana memulai take off dengan sempurna, jangan biarkan aku terlena di atas udara. aku sudah cukup sakit membiarkan sayapmu mengepas sendiri di udara. aku sudah cukup lelah membiarkan tubuhku melemah. kau tak lihat luka darah penuh nanah oleh ulahmu yang sama sekali tak punya belas kasihan?

topeng seperti apa yang saat ini kau pakai?
haruskah aku mengemis untuk kau ajarkan bagimana agar hati ini kembali tenang? rasanya aku salah.

cuma paul yang tahu rasanya jadi saya...

No comments:

Post a Comment