bismillahirrahmanirrahim...
siapa yang akan tahu kita akan berhenti dimana? dengan siapa? seperti cerita2 novel yang seakan selalu saja berakhir bahagia. siapa yang tahu bahwa begitu sakit rasanya menari dalam kegalauan rindu yang teramat sangat dalam.
waktu tetap saja menjadi pembunuh paling jahanam. ada saja detik2 perpisahan yang menusuk kalbu dari berbagai sisi. aku terjaga dari setiap kemungkinan. hanya saja perasaan wanita siapa yang tahu? menepiskan segala sakit, siapa yg mampu? dingin malam ini rasanya siksa pahit yang tepat beradu dengan gundah. jika saja kau disini... aku bisa saja tenang.
rintik gerimis membawa setiap bulir waktu kembali berkumpul dalam satu lembar kertas. namamu. genggamanmu. senyummu. lembut usap jemarimu di pipiku. adakah kau merasakan hal yg sama?
sepi kurasa hatiku, jika saja kau disini.....
aku ingin tenang merelakan setiap waktu berjalan semaunya tanpa berbalik memakiku. yang ada, air mata ini mengalir tak mau dibendung lagi. ku akui... terkadang rindu membuatku tak bisa berjalan tegap. rindu kadang membuat dengkulku kaku tak mau dikayuh.
rindu.... kenapa masih saja diam disana? kenapa masih saja tak mau bergerak?
mengagumimu? kata apa itu?
yang kutau aku tak perlu berpura-pura menjadi pengagummu. karena kau memang pernah menetap cukup lama disana.
ternyata waktu satu tahun terasa kurang. bukan aku. bukan kamu. bukan kita berdua. apa yang ada diantara kita yang membuat apa saja kembali kearah yang dia mau. apa yang membuat kita bertemu nyatanya perlahan kita maki. bukan kita. tapi kamu.
ya! aku mencintaimu. karena itu semua rasa egoisku mati. karena itu semua inginku lebur menjadi inginmu saja. ini bukan pengorbanan. bahagia itu tidak sakarang. mungkin tidak dengan bersamaku.
aku hanya sanggup memelukmu sebagai kenangan.
aku hanya bisa menangisimu dalam diam.
nyatanya setiap perpisahan tetap saja terasa sakit meski sesering apapun kita mengalami. karena hati hanya belajar memberikan cinta. hanya sanggup memberikan rasa bahagia. sayangnya dia tak tau caranya mengendalikan rindu dan sakit.
buktinya.... aku masih menangis ketika rindu denganmu.
aku masih menjadi wanita tanpa nama di telepon genggammu. sama seperti beberapa waktu lalu.
tapi....
let me keep you as my "special anonymous"
:')
note: postingan kali ini mungkin akan lebih terasa lebih menyayat hati ketika dibaca sambil mendengar lagu Dentingnya Melly Goeslaw. tulisan diatas terinspirasi dari cerita seorang sahabat yg kemudian saya duplikat menjadi sejenis Catatan Hati yang bagi diri ini terasa menusuk ketika membacanya.
siapa yang akan tahu kita akan berhenti dimana? dengan siapa? seperti cerita2 novel yang seakan selalu saja berakhir bahagia. siapa yang tahu bahwa begitu sakit rasanya menari dalam kegalauan rindu yang teramat sangat dalam.
waktu tetap saja menjadi pembunuh paling jahanam. ada saja detik2 perpisahan yang menusuk kalbu dari berbagai sisi. aku terjaga dari setiap kemungkinan. hanya saja perasaan wanita siapa yang tahu? menepiskan segala sakit, siapa yg mampu? dingin malam ini rasanya siksa pahit yang tepat beradu dengan gundah. jika saja kau disini... aku bisa saja tenang.
rintik gerimis membawa setiap bulir waktu kembali berkumpul dalam satu lembar kertas. namamu. genggamanmu. senyummu. lembut usap jemarimu di pipiku. adakah kau merasakan hal yg sama?
sepi kurasa hatiku, jika saja kau disini.....
aku ingin tenang merelakan setiap waktu berjalan semaunya tanpa berbalik memakiku. yang ada, air mata ini mengalir tak mau dibendung lagi. ku akui... terkadang rindu membuatku tak bisa berjalan tegap. rindu kadang membuat dengkulku kaku tak mau dikayuh.
rindu.... kenapa masih saja diam disana? kenapa masih saja tak mau bergerak?
mengagumimu? kata apa itu?
yang kutau aku tak perlu berpura-pura menjadi pengagummu. karena kau memang pernah menetap cukup lama disana.
ternyata waktu satu tahun terasa kurang. bukan aku. bukan kamu. bukan kita berdua. apa yang ada diantara kita yang membuat apa saja kembali kearah yang dia mau. apa yang membuat kita bertemu nyatanya perlahan kita maki. bukan kita. tapi kamu.
ya! aku mencintaimu. karena itu semua rasa egoisku mati. karena itu semua inginku lebur menjadi inginmu saja. ini bukan pengorbanan. bahagia itu tidak sakarang. mungkin tidak dengan bersamaku.
aku hanya sanggup memelukmu sebagai kenangan.
aku hanya bisa menangisimu dalam diam.
nyatanya setiap perpisahan tetap saja terasa sakit meski sesering apapun kita mengalami. karena hati hanya belajar memberikan cinta. hanya sanggup memberikan rasa bahagia. sayangnya dia tak tau caranya mengendalikan rindu dan sakit.
buktinya.... aku masih menangis ketika rindu denganmu.
aku masih menjadi wanita tanpa nama di telepon genggammu. sama seperti beberapa waktu lalu.
tapi....
let me keep you as my "special anonymous"
:')
note: postingan kali ini mungkin akan lebih terasa lebih menyayat hati ketika dibaca sambil mendengar lagu Dentingnya Melly Goeslaw. tulisan diatas terinspirasi dari cerita seorang sahabat yg kemudian saya duplikat menjadi sejenis Catatan Hati yang bagi diri ini terasa menusuk ketika membacanya.
posted from Bloggeroid
No comments:
Post a Comment