Bismillahirrahmanirrahim...
ternyata aku memang butuh tempat membuang keluh kesah. akhirnya pertahananku jebol juga. tadinya aku berusaha menahan sendiri, kecuali dari Dia yang Selalu Maha Tahu. rasanya liat blog udah pengen ngetik aja. tapi akhirnya baru sekarang kesampaian...
welll...
aku sudah bisa tanpa dia, ran... sepertinya memang lebih baik begini. nyaris satu bulan komunikasi kami terputus dan aku yakin itu memng keputusan terbaik yang Allah jatuhkan kepada kami. walau kami sedang sama-sama menjaga ikatan, tapi tetap, hanya Allah yang berhak menentukan. Di sini... aku hanya bisa menjaga diriku, menjaga hatiku, menjaga amanah rasa yang Beliau titipkan untuk segera dihalalkan padaku. disana, walau aku tidak tahu dia sedang apa, sedang memikirkan siapa, sedang bercanda dengan siapa, sedang menemui siapa, aku tidak mau peduli, ran. kadang memang mencoba tidak peduli itu lebih menenangkan ketimbang sok peduli tapi pada akhirnya sakit hati.
aku... hanya seorang anak kecil yang KEMARIN baru saja sukses menyembuhkan lukanya sendiri, TANPA NGADU KE IBUNYA. tapi sekarang, aku memang di tuntut untuk belajar cepat. aku harus bisa memahami siapa musuh, siapa lawan, siapa kawan, siapa saudara sekawan.
semua bukan tentang siapa-siapa. ini mauku. aku harus berani menjadi anak yang tahan banting, rela kupingnya panas, nekat menyeberang jembatan, lari meski malas, harus bisa melawan arus meski badai nyaris membenturkan segala asa yang mulai membesar.
ya... aku tidak bisa hanya menunggu, menghabiskan waktu untuk memandang layar telepon yang begitu-begitu saja, isi kontak yang itu-itu saja, dan harapan yang itu itu juga.
aku mulai belajar merangkak untuk mengambil pena di atas puncak pagoda. aku ingin mencoret setidaknya satu tulisan di antara 40 daftar yang perlu aku selesaikan sebelum resmi menyandang gelar Sarjana. aku tau ini nekat. sangat beresiko. tapi bukankah orang sukses juga perlu jatuh untuk bisa melompat lebih jauh?
Qolbu ini memang tidak bisa dipaksa. kadang masih saja ada rasa merindu, masih ada saja celah untuk mengimpikan suatu saat semua tidak akan dipisahkan. tapi aku mulai belajar. aku hanya anak kecil yang sedang belajar berjalan.
fitrah ini walau kadang membelenggu, meminta jatah lebih dari biasanya, menyeretku untuk kembali menikmatinya lebih dalam dari biasanya... aku sadar sepenuhnya bahwa ku belum sukses menyembuhkan luka nya. setidaknya aku berusaha memperbaiki nya.
cukup aku, dan Dia yang tahu bagamana rasanya... :')
No comments:
Post a Comment