Sunday, May 11, 2014

Khitbah

bismillahirrahmanirrahim
*nulisnya deg-degan*

 pagi itu aku bersiap-siap untuk pergi ke sebuah pondok pesantren milik umi dan abah. katanya hari ini ada syukuran anak abah yang ke-empat, namanya Sarah. dia baru saja menyelesaikan kuliah di program studi Bahasa dan Sastra Indonesia. wajahnya ayu, lembut, khas wanita jawa sekali lah, agak berkebalikan denganku. hehe

singkat cerita, seusai syukuran aku disuruh umi menghantar makanan ke ruangan abah, disana sudah mulai sepi, tapi kenapa umi memintaku menghantar makanan kesini? aku fikir ya mungkin memang abah yang minta untuk dibawakan cemilan saja. benar ternyata, di ruangan itu hanya ada abah dan seorang pria yang asing bagiku. maklum, hampir 2 tahun aku mengenal keluarga abah dan umi dan baru kali ini aku melihat pria ini. aku rasa bukan salah satu kerabat jauh keluarga ini. entahlah, yang pasti aku tidak sempat memperhatikan wajahnya, yang tampak hanya bayangan beliau memakai gamis putih dan sedang berbicara entah apa dengan abah.
"assalaamu'alaikum, ini cemilannya, bah" ucapku sembari menyodorkan dua piring penuh makanan
"wa'alaikumsalaam wr wb, syukron ya, Arum" ucap abah dengan senyum manisnya

kemudian aku kembali ke ruangan sebelah menemui umi dan sarah. ada perasaan penasaran tentang siapa laki-laki itu, bukan maksud aku suka, sam asekali tidak. aku hanya ingin tahu saja siapa tahu dia adalah salah satu kemenakan umi dari jauhyang belum ku kenal.
"sarah, tadi di depan abah sedang berbicara dengan seorang lelaki, rasanya aku belum pernah melihatnya disini. itu mantan santri abah ya?" kataku sedikit berbisik
"oh, kata abah sih itu mantan santri sahabat abah di jawa timur, silaturahim mungkin ya. aku juga kurang tahu, rum" jawab sarah sembari membereskan piring makanan
aku kira sudah cukup lah sekedar tahu dia itu siapa. tidak perlu lebih. toh siapa saya sih, kepo banget.

sore itu, aku berpapasan dengan laki-laki itu lagi ketika hendak mengambil sajadah di bufet ruang tamu. aku sengaja tidak melihat dia. kemudian aku dikejutkan dengan suara salam dari seorang laki-laki dibelakangku.
"assalaamu'alaikum"
"wa'alaikumsalaam wr wb, afwan ada apa?"jawabku sedikit kaget. maklum, bawaan latah. hehe
"boleh saya tahu rumah anti dimana?" aku heran dengan orang ini, akupun tidak mengenalnya, kenapa justru yang ditanyanya adalah rumahku. aku masih diam tidak menjawab. sampai kemudian ada suara umi masuk dari ruang tengah
"jawablah, yum. kan ditanya" kata umi lembut kemudian berlalu keluar
"afwan, jika kehadiran saya mengagetkan anti" katanya sedikit tidak enak hati
"ndak apa-apa. rumah saya di blitang, tapi ngekost di dinavili, perumahan persada" jawabku sedikit gemetar. masih dalam keadaan aneh, ada apa dengan pria ini.
"anti punya saudara di palembang?" tanya nya kemudian yang membuat pertanyaan semakin banyak di kepalaku.
"ada, di pusri, tepatnya di lebak jaya lorong aman. afwan saya mau ambil wudhu dulu. assalaamu'alaikum" kemudian aku berlalu ke kamar sarah. dalam keadaan bingung aku duduk di tepian ranjangnya.
"kamu kenapa yum?" sarah menghampiriku dengan muka aneh
"laki-laki itu aneh sekali sar, masa tadi aku papasan sama dia di ruang tengah yang ditanya bukan namaku, tapi rumahku. aneh ndak menurutmu?
"hmmm... aneh sih, tapi bukannya cowok2 sekarang suka gt ya kalo ngajak kenalan?"
"tapi beliau itu mantan santri, sar. harusnya tahu lah etika berkenalan. malah tadi umi juga bilang kasih tahu saja yum, gitu" sarah diam, lalu senyum-senyum tidak jelas kemudian berlalu ke kamar mandi.

"yum, kamu di panggil umi tuh di ruang tamu" sarah muncul secara tiba-tiba
"ada apa, Sar. kok kamu buru-buru gitu?"
"nggak tahu, ayolah cepet ditunggu itu" segera kuambil bergo sarah di tepi ranjang. ku kenakan kaus kaki secepatnya lalu menysul sarah berjalan ke ruang tamu
"nah yum, sini nak" abah memanggil dengan nada sangat lembut. aku mendekat tanpa menjawab panggilannya.
abah menjelaskan perihal santri yang semalam menyapaku. namanya Fajar, asalnya dari jawa timur. alumnus Gontor. panjang lebar abah dan umi bergantian menjelaskan. ternyata sahabat abah yang merekomendasikan beliau ini untuk silaturahim kesini. umi kemudian menjelaskan bahwa Fajar ini sedang ikhtiar mencari calon istri. aku hanya menggut-manggut mengerti. masih belum ngeh maksud dibalik cerita-cerita ini.

"nak Arum, mohon maaf jika ini sedikit mendadak. jika diperkenankan, nak Fajar berniat meminang nak Arum bulan depan" 

ucap abah kali ini benar-benar membuat hatiku tidak karuan. aku belum mengenal pria ini, tapi belum pernah ku lihat keyakinan seperti yang abah tunjukkan padaku barusan. pikiranku berkecamuk entah kemana. teringat catatanku tentang menikah di umur 22 tahun. antara harus sedih atau senang. ku tahan air mataku sekuat mungkin. alangkah malunya aku menangis di depan keluarga sempurna ini.
"afwan, Abah. izinkan arum istikharah. insyaAllah dalm tiga hari ada jawaban melalui umi" ucapku pelan. suaraku nyaris bergetar. entahlah, ungkapan seperti apa yang pantas aku tunjukkan.

pagi itu aku pamit pulang ke kost. ku kabarkan permintaan ikhwan tadi kepada ibu di kampung halaman. tangisku nyaris tiada henti setiap kali mengucap Al Fatihah di rakaat pertama. sujudku tak lagi biasa. ku ucap syukur sedalam-dalamnya. betapa anugerah ini Allah limpahkan bertubi-tubi.

Assalaamu'alaikum wr wb, umi, abah, tolong sampaikan kepada Akhi Fajar untuk datang ke rumah di blitang pekan depan. InsyaAllah keluarga siap menerima niatan silaturahim dari beliau. 

bismillah, ku kirim balasan lewat pesan singkat kepada umi. kembali... istikharah panjang.

*sebenarnya aku bingung mau menuliskan mimpi tadi malam mulai dari mana karena rasanya aku sebelum tidurpun sama sekali tidak berfikir tentang ini. nggak bisa dibilang absurd juga sih, tapi ya memang gitu. sekali lagi ini hanya mimpi

No comments:

Post a Comment