Sunday, May 11, 2014

Perasaan Indi - Sepotong Kue Kuning, Filosofi Kopi -

"apa aku bilang? dia tidak datang lagi, kan? dan kamu masih bertahan? sinting!"
"aku justru keseringan berkaca, dan betul, aku memang tidak layak. suatu kehormatan yang terlalu besar unutk bisa mencintai seperti ini"

Aku berhadapan kembali dengan perasaanku sendiri, untuk mengakui bahwa Cintaku Tidak Padam Tapi Bermutasi.

Hampir lima tahun perasaan itu tinggal dan mengendap di sepanjang nadiku, tapi aku bingung bagaimana membuatnya menjadi energi untukmu, untukku, untuk setiap hal yang kita bilang "berjuang". aku tidak tahu perasaan istimewa seperti apa yang sebenarnya kita cari. aku terlanjur belajar menerimamu sebagaimana keadaanmu kemarin, saat ini, dan bukan mencari yang tidak ada padamu. bisakah jadikan aku sepatu yang layak kau kenakan kemana saja? tanpa harus menjadi sepasang kaus kaki lagi. sungguh, aku tidak pernah marah pada takdir, aku mencintaimu untuk waktu yang lama, dan aku selalu belajar menjaganya setiap hari. bukan menghapusnya perlahan-lahan.

aku tidak tahu bagimana asalnya hingga 5 tahun membiarkan setiap harapan tumbuh dan mekar sepanjang hari. padahal kenyataan demi kenyataan seharusnya mampu membuat setiap rasa itu luntur tanpa sisa. apa yang bisa kulakukan jika setiap hari aku harus menunggu kamu yang menghubungiku, membiarkan rinduku membuncah tanpa arah, sedang jari-jariku serasa tak tahan ingin menekan tombol telpon di namamu.

sakit sekali rasanya membiarkan orang yang aku cintai tidak bahagia dengan pilihannya, padahal aku mampu, aku sanggup membuatmu bahagia denganku. tapi kenapa rasanya begitu sulit? 

malam itu kau datang, hanya saja 5 menit kemudian kau pulang. katamu dia sakit. ya, memang aku tidak pernah lebih berharga dari kaus kaki. 

ada kalanya kita punya sepasang sepatu yang sangat nyaman, hanya saja kita tidka bisa selalu memakainya di segala kondisi. dan terpaksa, sepatu itu dibiarkan lusuh di tumpukan bersama debu dan dipakai ketika kau benar-benar merindukannya.

ya, aku sadar, aku adalah tempatmu meletakkan cinta seutuhnya. hanya saja, kau tetap tidka bisa mengenakanku setiap waktu.

malam ini, aku menyeberang. aku telah mampu mencinta tanpa takut kehilangan cinta... 

No comments:

Post a Comment