bismillahirrahmanirrahim
Aku adalah hujan. yang ketika kemarau begitu dirindukan.yang ketika penghujan sangat dibenci orang. akupun dandelion. yang ketika disuka maka akan dipuja bak putri kerajaan. yang ketika tidak disuka, akan dibabat habis oleh yang punya...
Althafunnisa namanya, gadis 23 tahun yang menjadi bisu ketika ditanya "bagaimana mungkin seorang sepertimu bisa memilih hidup seperti ini?" dan begitu ceria ketika membicarakan padang dandelion lengkap dengan filosofi dan kisah-kisah romantis didalamnya. gadis ini adalah sahabatku. wanita yang begitu aku cintai setara dengan ibu dan keluargaku. wanita yang asalnya-pun dia tak pernah menceritakan. katanya, masa lalu yang tidak baik itu sudah ditutup Allah, dan setiap aib di dlaamnya telah dikunci rapat. kenapa harus kubuka?
perempuan yang darinya aku belajar tentang definisi lain dari mencintai. memberikan tanpa meminta sedikitpun. orang mana yang bisa melakukan hal bodoh sesempurna itu selain dia? nyaris tidak ada. kesimpulannya adalah, aku dibuat bingung. entah harus menggolongkan dia kedalam barisan perempuan-perempuan hebat atau tolol. yang pasti, aku suka setiap filosofi dandelion yang keluar dari lisan indahnya.
dia tidak pernah membuat dirinya begitu istimewa, justru aku yang memaksa dia untuk membuat dirinya tampak lebih "mahal" dihadapan orang lain. baginya, jika memberi saja suduh cukup kenapa harus meminta? orang yang meminta itu tandanya merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya sehingga dia meminta hal itu dari orang lain. dan ketika kutanya, kenapa dia tidak meminta, apakah karena dia tidak butuh? dan jawabnya membuatku begitu tetegun malu.
"bahagiaku adalah ketika kau bisa melakukan apapun untuk orang lain secara sempurna, bukan meminta hal yang membuat hidupku seperti disempurnkan"
masyaAllah... dibuat dari apa hati wanita ini, ya Rabb...
jangan pernah mengira bahwa Ata', panggilan akrabku untuknya, tidak pernah menangis. begitu lembutnya hatinya hingga sangat sering kudengar dia menangis di sepertiga malam dengan permintaan dan ucapan maaf kepada sang Khalik atas ketidak sempurnaannya membantu saudarinya. sekali lagi yang ditangiskannya bukan tentang JODOH. melainkan saudarinya. pernah ku beranikan diri untuk bertaanya tentang keinginannya menikah.
Ata' belum mau menikah kah?
dijawabnya dengan sangat lembut dan tegas. wanita mana yang tidak ingin menyempurnakan setengah agamanya, yum. begitupun aku.
insyaAllah sebelum Ramadhan tahun ini :) jawabnya dengan senyum manis
entah apa yang harus ku ucapkan ketika itu. sampai tiba di satu pengakuan darinya tentang calon suami yang hendak menikahinya.
At: laki-laki ini soleh, cerdas, insyaAllah akhlakul karimah, tidak merokok, usianya 10 tahun dariku. dia bekerja sebagai Penulis Buku.
Ay: dari mana ata' kenal dengan beliau?
At: dia mengirimkan surat kepada umi Hanifah 2 bulan yang lalu. entah dari mana dia bisa tahu tentangku. katanya, dari seorang sahabat suaminya umi
Ay: dia tinggal dimana? keluarganya?
At: dia tinggal di kota ini juga. sebenarnya aku mengenalnya lewat tulisan-tulisannya, hanya saja aku tidak begitu tertarik untuk mencari tahu lebih banyak tentangnya ketika itu
Ay: keluarganya?
At: keluarganya di Jawa, sedang keluarga kecilnya ada di sini juga
Ay: keluarga kecil? maksudnya?
At: dia dan istrinya
Ay: ta? ini serius? jangan bercanda ta'...
At: dia telah beristri 5 tahun yang lalu. istrinya menderita HIV/AIDS sejak 3 tahun lalu. jangankan mempunyai keturunan, berhubungan suami-istripun tidak diperkenankan. entah dari mana asla penyakit itu akupun tidak tahu. singkat cerita, laki-laki ini meminta izin untuk menikah lagi dan istrinya mengizinkan dengan syarat tidak menceraikan dia dan istri keduanya harus tinggal bersama mereka. setidkanya itu yang aku baca dari surat yang dilayangkan kepada umi
Ay: astaghfirullahaladzim... bagaimana mungkin seorang seperti kamu dijadikan istri kedua ta'? kamu bisa mendapat yang lebih baik dari dia. dan tinggal serumah? ya Rabbi, istri mana yang sanggup tinggap se-atap dengan madunya. berpikirlah lebih lama, ta'. jangan hanya karena kamu ingin menikah lantas kau terima lamaran untuk menjadi madu ini.
At: cuma Allah yang tahu apa maksud dibalik semua ini, Ay...
Ay: tapi kamu bisa memilih, ta..
At: memilih apa? pilihan apa yang bisa aku ambil? kita tidak pernah tahu pilihan ana yang terbaik untuk kita, Ay. aku tidak pernah bercita-cita menjadi madu. tapi lihatlah, mereka benar butuh aku. istrinya sakit dan dia tidak tahu bagaimana merawat dengan baik. sejahat itukah aku menolak perminaatn baik itu, Ay?
ya Rahman.. kejutan apa yang tengah Kau persiapkan untuk sahabatku ini...
aku hanya bisa duduk dengan tetsan air mata yang tiada habis manakala kulihat nisan ini bertuliskan nama seorang wanita yang begitu ku kenal. Nur Althafunniza binti Sabar. seorang wanita yang mungkin tidak akan pernah bisa mencintai orang-orang di sekitanya sebaik yang dia lakukan untuk kami, orang-orang yang hidup satu tanah dengannya.
Ata' meninggal di usia 25 tahun, tepat setelah adzan subuh berkumandang, ketika seorang calon Mujahid lahir dari rahimnya. dengan senyum bahagia dan lafadz Laailaahaillallah dia pergi meninggalkan kami. wajahnya ayu, senyumnya merekah. Allah, tempatkan ia disisimu yang paling baik, sebaik ia memperlakukan saudara-saudaranya.
suaminya bercerita bahwa selama kehidupan mereka, tidka sekalipun Ata' memperlakukan istri pertamanya seperti madu. diperlakukannya seperti ia sedang merawat ibu yang tengah sakit. selama kehamilanpun ata' tidak pernah absen mengurus Sofia, istri pertamanya hingga kemudian diketahui bahwa Sofia telah dinyatakan sembuh dari HIV/AIDSnya.
Ata' benar-benar malaikat yang dikirimkan Allah dalam wujud manusia ke bumi ini. dia meinggal ketika keadaan sudah baik. ketika seorang zuriat telah ia persembahkan sebagai penyempurna sepasang suami istri ini. Maha Besar Allah dengan segala CiptaanNya
"Maka Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan?"
MasyaAllah.
ReplyDeleteNumpang blogwalking ya, ayum..
Bhayastrijika.blogspot.com
huwaaaa dibaca kak achiiddd.. silakan, monggo kak :)
Delete