Monday, April 21, 2014

Rusia ~ Katanya Dekat



Kapan kau akan datang kemudian duduk di sampingku? Katamu ke Rusia hanya sebentar, mengantar berkas ayahmu kemudian pulang. Rasanya satu tahun lebih lama dari yang kau janjikan. Lihat, garis laut ini telah berubah jingga. Bosan terlalu lama menunggumu. Tahukah, bukan hanya namamu yang tebayang saat aku melihat lingkaran paladium di jari manisku ini, tapi wajahmu, surat elektronikmu enam bulan lalu, sepeda yang selalu kita bawa ke sini, janji pulangmu Januari lalu, dan undangan pernikahan yang terpaksa dibatalkan. Sadarkah, perlahan perasaanku mulai mengkhawatirkan dirimu. Mengkhawatirkan duniamu yang katamu tertinggal disini sedang ragamu disana. Merindukanmu... ya, pantai ini ingin segera melihatmu duduk di sampingku, bukan hanya aku yang lebih mirip orang tak punya kerjaan setiap hari menyampaikan salam untukmu lewat deburan ombak.

Ingin rasanya ku biarkan saja firasat ini berprasangka semaunya, menuduhmu tak punya hati, atau mengolok-olok namamu di antara rasa yang mungkin saja sudah tak layak ku sebut cinta. Dia memilih diam dan membiarkanmu lalu-lalang begitu saja di jiwa ini, di otak ini, di relung hati ini.

Kapan kamu pulang, mas?

Ibuku tak hentinya memintaku menerima pinangan anak rekan kerja ayah. Tapi, bagaimana mungkin jika hatiku saja masih tak mau merelakan ruangnya diisi orang lain.

Kali ini aku pulang tanpa air mata, tanpa sesak, tanpa ada beban yang menggantung di ubun-ubunku. Aku merelakan firasat ini berjalan semaunya saja. Aku pasrah.

No comments:

Post a Comment