Thursday, March 15, 2012

Surat untuk presiden_

Dear Presidenku yang baik…

“Bahkan cinta ini tak pudar tergenang hujan, dan lukisan kharismamu tidak pernah luntur dari kanvasnya,lalu bagaimana mungkin aku mampu membenci bintang yang begitu terang dari yang lain, sedangkan sinarmu masih sangat aku butuhkan…”

            Bapak presiden yang saya kagumi, sebenarnya saya takut menulis surat ini. karena saya tidak ingin anda tau bahwa saya sangat kagum pada anda. Kharisma yang begitu luar biasa, sosok ayah yang sangat bijak, dan pemimpin yang senantiasa memberi saya motivasi bahwa saya INGIN SEPERTI ANDA. Kenapa??? Bahkan saya pun tidak tau alasan nya apa. Yang jelas bagi saya anda begitu charming. Jangankan membenci anda, membandingkan anda dengan pemimpin yang lain saja saya tidak berani. Bagi saya anda adalah bapak Indonesia yang begitu luar biasa. Sebait prosa yang saya tulis di atas adalah gambaran betapa saya mengagumi sosok anda.
            Tapi sayang, akhir-akhir ini saya banyak mendengar bahwa anda adalah cerminan pemimpin yang gagal. Gagal dalam hal memahami keinginan rakyat yang di bawah garis kemampuan. Saya masih mendengar bahwa korupsi yang katanya hampir tuntas buktinya sekarang kembali muncul(malah semakin banyak). Bahkan sosok-sosok yang dulu sepertinya anda banggakan pun terlibat. Saya yakin ini bukan salah anda, pak. Saya memang tidak mengenal anda secara interpersonal, tapi saya punya keyakinan dengan anda. Kalau di bilang kecewa memang kecewa, sangat kecewa bahkan. Melihat anda keletihan mengurus Negara seolah mengiris keyakinan saya. Melihat anda menopang beratnya tanggungan terhadap kami, sungguh mengikis air mata ini. kami mahasiswa yang tidak membela kubu manapun dalam hal politik, tapi kami punya jiwa yang peka. Kami mampu merasa mana yang mulai nyleweng  dari garis-garis kebenaran, dan mana yang benar-benar tulus melayani kami.
            Dua kali masa jabatan anda saya belum pernah melihat masalah banjir teratasi meski hanya di Ibukota Jakarta. Banjir ini bukan sekali dua kali saja pak, tapi setiap musim penghujan datang. Dan saya yakin anda pun tau bahwa musim kita saat ini benar-benar kacau. Kemarin saya dengar bahwa sepanjang jalan Tol Ciujung tergenang banjir hingga ketinggian 2meter dan angkutan umum (bus) terpaksa melewati jalur lama dengan waktu tempuh ngaret 6 jam. Memang ini bukan masalah besar tapi coba bayangkan jika anda yang berada dalam posisi penumpang dalam bus tersebut. Apa anda sanggup menunggu hingga 6 jam kemudian untuk sampai di tujuan, apalagi kalau penumpang itu punya kesibukan seperti anda, bahkan angkutan sembako ke daerah bencana pun terhambat. Bagaimana nasib mereka yg terkena musibah dan hanya menggantungkan hidup dari sumabangn itu. Apa mereka bisa menahan lapar hingga 6 jam kemudian? Atau mungkin anda tidak tau tentang musibah itu?? Karena terlalu sibuk dengan urusan Negara?
            Ibaratnya anda adalah kepala keluarga yang menanggung hidup keluarga anda yg bernama Indonesia. Anda memang tidak sepenuhnya bertanggung jawab terhadap kami, tapi anda adalah patokan kami untuk hidup. Kami sadar bahwa kami tidak mampu hidup tanpa Kepala seperti anda yang mungkin hanya satu-satunya  di Dunia. Anda pun seharusnya sadar bahwa kami limited edition. Kami rela diam meski uang kami banyak di pakai anggota dewan untuk menghidupi keluarga mereka padahal kami MASIH sangat butuh. Kami tidak iri pak, sama sekali tidak ingin uang kami di kembalikan dengan jumlah yang lebih banyak. Kami hanya butuh anda menjadi kuat dan tegas. Jika anda rapuh lalu bagaimana dengan kami? Bagaimana nasib kami jika sang kepala lebih suka diam daripada mengurus kami.
            Apakah cinta kami tidak sampai kepada anda, pak? Apa rasa percaya kami dari sini tidak disampaikan oleh anggota dewan anda? Anda memang satu, tapi mata anda banyak. Tidak seperti kami yang bisanya hanya nerimo saja dengan apapun yg dibuat oleh petinggi Negara ini. anda bisa melihat kami dari sudut manapun yang anda suka. Tapi kami, apa kami bisa melihat apa yg anda lakukan disana? Tidak kan.
            Saya hanya butuh kekuatan anda untuk merelakan kursi-kursi dewan itu diisi oleh orang-orang yang meski tidak bergelar Master atau Doktor tapi bisa di mintai pertanggungjawaban jika dia gagal. Saya hanya butuh kesediaan anda untuk mendengar suara kami yang meski kecil tapi tegas. Kami hanya butuh jawaban anda yang tidak bertele-tele, kami tidak butuh penjelasan dengan kelengkapan 5W+1H nya. Kami sudah blajar itu pak. Saya hanya buth anda melindungi mereka yg bahkan tidak terlihat dengan teleskop anda. Mereka yang jauh lebih tidak beruntung dari kami dan hanya bisa makan dengan menjemur beras sisa yang mungkin sudah basi. Mereka yang hidup tanpa bisa mengenal anda. Mereka juga anggota keluarga kita, pak. Mereka juga salah satu dari kami.
            Saya memang bukan politisi dari fraksi manapun yg mengerti tentang undang-undang, KUHP dan pasal-pasal. Bagi saya itu tidak penting.

inti dri hidup kami adalah anda…anda yang harus lebih hebat dari kami, dengan seabreg gelar tertinggi, anda yang tangisan nya bahkan kami kagumi.

            Percuma anda sering melakukan perjanjian diplomat dengan Negara lain, atau mendapat penghargaan dari UNICEF karena menjadi volunteer di India ketika itu karena musibah kelaparan(sementara di sini masih banyak), atau anda mendapat Nobel sekalipun, jika masih  banyak anggota dewan yang ongkang-ongkang  kaki di kursi kebanggan nya. Sungguh percuma jika anda masih saja membiarkan petinggi-petinggi yang katanya penyambung lidah rakyat  hanya bisa datang, duduk, diam dan lebih suka nonton video porno dari pada menelurkan ide-ide cemerlang yang bisa membuat kami kembali bangga dengan susunan ketatanegaraan kita.
            Saya bukan memburukkan kinerja anda, pak, sungguh tidak. Bahkan saya bangga pada anda yg betah  hidup dengan mereka para koruptor Negara. Saya hanya ingin sedikit mengingatkan anda bahwa pendidikan setinggi apapun tidak menjamin seseorang menjadi bijak jika di hadapkan dengan UANG. Saya yakin mereka semua sangat cerdas, tapi saya tidak yakin mereka masih bisa jalan tanpa sogokan.
            Saya tidak lelah menulis pak, saya hanya menanhan tangis ketika keburukan negeri ini semakin saya ungkapkan. Saya tidak ingin anda kecewa dengan saya yang hanya bisa menilai dengan satu sisi sebagai mahasiswa saja. Saya memang masih bodoh pak, tapi sudah bisa bersuara untuk tempat tinggal  kita ini. Saya ingin Rumah ini kembali hijau, bukan karena di sintesis, tapi karena kejujuran pemimpin yang seolah menabur benih dengan klorofil.
           
Rumah ini bukan surga, rumah kita pun bukan istana, tapi saya yakin anda bisa membuat rumah ini lebih indah dari surga, lebih nyaman dari istana, rumah dengan pondasi bukan dari janji, tapi bukti…”

With love,       


Anisa Ayumi   

No comments:

Post a Comment