Dear
Presidenku yang baik…
“Bahkan
cinta ini tak pudar tergenang hujan, dan lukisan kharismamu tidak pernah luntur
dari kanvasnya,lalu bagaimana mungkin aku mampu membenci bintang yang begitu
terang dari yang lain, sedangkan sinarmu masih sangat aku butuhkan…”
Bapak
presiden yang saya kagumi, sebenarnya saya takut menulis surat ini. karena saya
tidak ingin anda tau bahwa saya sangat kagum pada anda. Kharisma yang begitu
luar biasa, sosok ayah yang sangat bijak, dan pemimpin yang senantiasa memberi
saya motivasi bahwa saya INGIN SEPERTI ANDA. Kenapa??? Bahkan saya pun tidak
tau alasan nya apa. Yang jelas bagi saya anda begitu charming. Jangankan membenci anda, membandingkan anda dengan
pemimpin yang lain saja saya tidak berani. Bagi saya anda adalah bapak
Indonesia yang begitu luar biasa. Sebait prosa yang saya tulis di atas adalah
gambaran betapa saya mengagumi sosok anda.
Tapi
sayang, akhir-akhir ini saya banyak mendengar bahwa anda adalah cerminan
pemimpin yang gagal. Gagal dalam hal memahami keinginan rakyat yang di bawah
garis kemampuan. Saya masih mendengar bahwa korupsi yang katanya hampir tuntas buktinya sekarang kembali
muncul(malah semakin banyak). Bahkan sosok-sosok yang dulu sepertinya anda
banggakan pun terlibat. Saya yakin ini bukan salah anda, pak. Saya memang tidak
mengenal anda secara interpersonal, tapi saya punya keyakinan dengan anda.
Kalau di bilang kecewa memang kecewa, sangat kecewa bahkan. Melihat anda
keletihan mengurus Negara seolah mengiris keyakinan saya. Melihat anda menopang
beratnya tanggungan terhadap kami, sungguh mengikis air mata ini. kami
mahasiswa yang tidak membela kubu manapun dalam hal politik, tapi kami punya
jiwa yang peka. Kami mampu merasa mana yang mulai nyleweng dari garis-garis
kebenaran, dan mana yang benar-benar tulus melayani kami.
Dua
kali masa jabatan anda saya belum pernah melihat masalah banjir teratasi meski
hanya di Ibukota Jakarta. Banjir ini bukan sekali dua kali saja pak, tapi
setiap musim penghujan datang. Dan saya yakin anda pun tau bahwa musim kita
saat ini benar-benar kacau. Kemarin saya dengar bahwa sepanjang jalan Tol
Ciujung tergenang banjir hingga ketinggian 2meter dan angkutan umum (bus)
terpaksa melewati jalur lama dengan waktu tempuh ngaret 6 jam. Memang ini bukan masalah besar tapi coba bayangkan
jika anda yang berada dalam posisi penumpang dalam bus tersebut. Apa anda
sanggup menunggu hingga 6 jam kemudian untuk sampai di tujuan, apalagi kalau
penumpang itu punya kesibukan seperti anda, bahkan angkutan sembako ke daerah
bencana pun terhambat. Bagaimana nasib mereka yg terkena musibah dan hanya menggantungkan hidup dari sumabangn
itu. Apa mereka bisa menahan lapar hingga 6 jam kemudian? Atau mungkin anda
tidak tau tentang musibah itu?? Karena terlalu sibuk dengan urusan Negara?
Ibaratnya
anda adalah kepala keluarga yang menanggung hidup keluarga anda yg bernama
Indonesia. Anda memang tidak sepenuhnya bertanggung jawab terhadap kami, tapi
anda adalah patokan kami untuk hidup. Kami sadar bahwa kami tidak mampu hidup
tanpa Kepala seperti anda yang mungkin hanya satu-satunya di Dunia. Anda
pun seharusnya sadar bahwa kami limited
edition. Kami rela diam meski uang kami banyak di pakai anggota dewan untuk
menghidupi keluarga mereka padahal kami MASIH sangat butuh. Kami tidak iri pak,
sama sekali tidak ingin uang kami di kembalikan dengan jumlah yang lebih
banyak. Kami hanya butuh anda menjadi kuat dan tegas. Jika anda rapuh lalu
bagaimana dengan kami? Bagaimana nasib kami jika sang kepala lebih suka diam daripada mengurus kami.
Apakah
cinta kami tidak sampai kepada anda, pak? Apa rasa percaya kami dari sini tidak
disampaikan oleh anggota dewan anda? Anda memang satu, tapi mata anda banyak.
Tidak seperti kami yang bisanya hanya nerimo
saja dengan apapun yg dibuat oleh petinggi Negara ini. anda bisa melihat kami
dari sudut manapun yang anda suka. Tapi kami, apa kami bisa melihat apa yg anda
lakukan disana? Tidak kan.
Saya
hanya butuh kekuatan anda untuk merelakan kursi-kursi
dewan itu diisi oleh orang-orang yang meski tidak bergelar Master atau Doktor
tapi bisa di mintai pertanggungjawaban jika dia gagal. Saya hanya butuh
kesediaan anda untuk mendengar suara kami yang meski kecil tapi tegas. Kami
hanya butuh jawaban anda yang tidak bertele-tele,
kami tidak butuh penjelasan dengan kelengkapan 5W+1H nya. Kami sudah blajar itu
pak. Saya hanya buth anda melindungi mereka yg bahkan tidak terlihat dengan
teleskop anda. Mereka yang jauh lebih tidak beruntung dari kami dan hanya bisa makan
dengan menjemur beras sisa yang mungkin sudah basi. Mereka yang hidup tanpa
bisa mengenal anda. Mereka juga anggota keluarga kita, pak. Mereka juga salah
satu dari kami.
Saya
memang bukan politisi dari fraksi manapun yg mengerti tentang undang-undang,
KUHP dan pasal-pasal. Bagi saya itu tidak penting.
inti
dri hidup kami adalah anda…anda yang harus lebih hebat dari kami, dengan
seabreg gelar tertinggi, anda yang tangisan nya bahkan kami kagumi.
Percuma
anda sering melakukan perjanjian diplomat dengan Negara lain, atau mendapat
penghargaan dari UNICEF karena menjadi volunteer
di India ketika itu karena musibah kelaparan(sementara di sini masih banyak),
atau anda mendapat Nobel sekalipun, jika masih banyak anggota dewan yang ongkang-ongkang kaki di
kursi kebanggan nya. Sungguh percuma jika anda masih saja membiarkan
petinggi-petinggi yang katanya penyambung
lidah rakyat hanya bisa datang,
duduk, diam dan lebih suka nonton video
porno dari pada menelurkan ide-ide cemerlang yang bisa membuat kami kembali
bangga dengan susunan ketatanegaraan kita.
Saya
bukan memburukkan kinerja anda, pak, sungguh tidak. Bahkan saya bangga pada
anda yg betah hidup dengan mereka para koruptor Negara. Saya
hanya ingin sedikit mengingatkan anda bahwa pendidikan setinggi apapun tidak
menjamin seseorang menjadi bijak jika di hadapkan dengan UANG. Saya yakin
mereka semua sangat cerdas, tapi saya tidak yakin mereka masih bisa jalan tanpa
sogokan.
Saya
tidak lelah menulis pak, saya hanya menanhan tangis ketika keburukan negeri ini
semakin saya ungkapkan. Saya tidak ingin anda kecewa dengan saya yang hanya
bisa menilai dengan satu sisi sebagai mahasiswa
saja. Saya memang masih bodoh pak, tapi sudah bisa bersuara untuk tempat tinggal kita ini. Saya ingin Rumah ini kembali hijau,
bukan karena di sintesis, tapi karena kejujuran pemimpin yang seolah menabur
benih dengan klorofil.
”Rumah
ini bukan surga, rumah kita pun bukan istana, tapi saya yakin anda bisa membuat
rumah ini lebih indah dari surga, lebih nyaman dari istana, rumah dengan
pondasi bukan dari janji, tapi bukti…”
With
love,
Anisa
Ayumi
No comments:
Post a Comment