Dia mengenalku ketika aku masih terlalu buruk untuk
dijadikan sahabat. Ketika semua keburukan masih menjadi satu dalam diriku. Caranya
yang tidak pernah berubah menyayangiku sejak pertama kali sebuah kelompok kecil
mempertemukan kami. Sifatnya yang sama saja seperti dulu ketika kami masih
berlima. Dia masih disini ketika waktu mulai merubah semuanya kecuali dia. Mungkin
jika dia bertemu denganku saat ini kemudian menyandangkan gelar sahabat padaku,
aku tidak heran. Tapi ini dulu. Ketika tak seorangpun menganggapku ada. Sekarang
aku dirubah waktu. Menurutku menjadi baik. Tapi aneh menurutnya. Karena dia
menerimaku dari sebuah kekurangan hingga kemudian menjagaku agar kurangku tak
dilihat banyak orang. Dia yang mempertanyakan tentang hidupku yang mulai tidak
bisa diatur oleh keadaan.
“kenapa sekarang kamu begini, nya?” pertanyaan itu sedikit
membentur diantara semua orang yang memujiku atas segala perubahanku, saat ini.
“semua orang berhak berubah, Do. Abang berubah dari dirinya
yang melulu sakit hati menjadi pribadi yg lebih kokoh dibanding kita. Yuni berubah
dari sehatnya yang perlahan merenggut persahabatan kita. Eka berubah menjadi
berjarak dengan kita. Dan kamu, berubah dari malasmu yang dulu seperti takkan
berhenti. Lalu kenapa aku tidak berhak melepas gelar burukku?” ada tangis
disela bahagia atas perubahanku.
Dia kehilangan aku yang dulu, katanya. Dia kehilangan aku yang
dulu tidak pernah kompromi waktu dengan dia dan 5 sekawan lainnya. Dia kehilangan
seorang “nyonya” yang dulu bahkan tak peduli sedekat apa jarak duduk kami
berlima. Dia kehilangan sahabat yang dulu katanya ceria. Sekarang, aku memang
disini, tapi dia tidak lagi merasa aku didekatnya. Aku terlalu jauh untuk
diiringi, katanya.
Aku tau dia tidak pernah benar2 meninggalkanku seperti yuni
yang nyaris setahun menghilang dari hidup kami. Atau abang yang terlalu sibuk
dengan kehidupan gerejanya. Atau eka yang bahkan aku tidak tahu bagaimana kabar
“hidup” nya sekarang. Setiap kali bertemu di dunia maya(Facebook) dia tidak
pernah absen menanyakan “kenapa belum tidur” atau sekedar manggil “nya”. bagiku
itu cukup. Cuma dia yang diam2 masih menemaniku meski jarak menyekat
kehidupannya dan aku.
Setidaknya aku tahu, dari 2 tahun yang lalu, hanya dia yang
masih melihatku dengan mata yang tidak tertutup kabut sedikitpun.
“kenapa sekarang sering bergadang nya” percakapan pertama
kami resmi dimulai. Kata2 yang biasanya hanya ia lontarkan di dunia maya kini
ia ungkapkan langsung tanpa jeda. Baginya menanyakan kesehatanku lebih penting
dari rasa gengsinya.
“bukan bergadang sih do, memang suka susah tidur. Sebelum lewat
jam 12 belum bisa tidur”
“insom?” Tanya nya sedikit berjeda
“nggak juga sih, do. Tapi ya gitu. Kalo kecapean baru bisa
tidur cepet”
“nanti tifus nya kambuh lagi, nya. maag nya juga. Dijaga lah
kesehatannya” nadanya terdengar sangat khawatir.
“iya do. Lagi berusaha makan teratur”
“afza nya gimana? Masih suka bolak balik ke Palembang?”
“kok tahu?”
“ya tahu lah. Kamu sering nggak masuk, kata ela kamu pulang
malam dr Palembang. Kenapa nggak nginep aja kalo udah pulang malem. Kasian kan
badannya capek. Tifusmu itu bisa kambuh lg, nya”
“iya do, kadang kan kuliah pagi. Nggak mungkin aku dr Palembang
ga bawa apa2”
Ada jeda sekitar 3 menit diantara pembicaraan kami. Sebenarnya
aku ingin menangis tadi siang saat jalan dari Rektorat ke lab. Aku benar-benar
merasa dia ada, bukan hanya fisiknya yang nyata. Tapi rasa sayang yang DULU
pernah kami nobatkan sebagai SAHABAT masih ada bahkan setelah 2 tahun semua
nyaris melebur. Ada haru yang perlahan menahan air mata untuk mengeluarkan
responnya.
Nyaris satu tahun tidak ada obrolan seperti ini diantara aku
dengannya. Kalau dengan abang 3 minggu yang lalu sempat flash back dan rasanya
sama. Aku masih merasakan rindu itu nyata. Sayang itu ada. Sama sekali tidak
terbersit “rasa” lain di antara aku, ridho, abang, bahkan eka. Ini murni
tentang 5 sahabat yang saling menjaga dalam rindu yang berjarak.
Ya Illahi Rabbi, jaga mereka ya… jaga sahabat-sahabatku… aku
titipkan penjagaan atas mereka padaMu. Aku hanya punya Engkau yang dekapannya
lebih luas dari isi dunia. Jaga mereka ya, lakukan penjagaan yg sama seperti yg
mereka lakukan untukku… aamiin
No comments:
Post a Comment