Jangan berakhir aku tak ingin berakhir
Satu jam saja ku ingin diam berdua
Mengenang yang pernah ada
Satu jam saja ku ingin diam berdua
Mengenang yang pernah ada
Jangan berakhir karna esok
takkan lagi
Satu jam saja hingga ku rasa bahagia
Mengakhiri segalanya
Satu jam saja hingga ku rasa bahagia
Mengakhiri segalanya
Tapi kini tak mungkin lagi
Katamu semua sudah tak berarti
Satu jam saja itu pun tak mungkin
Tak mungkin lagi tak mungkin lagi
Katamu semua sudah tak berarti
Satu jam saja itu pun tak mungkin
Tak mungkin lagi tak mungkin lagi
Jangan berakhir ku ingin
sebentar lagi
Satu jam saja izinkan aku merasa
Rasa itu pernah ada
Satu jam saja izinkan aku merasa
Rasa itu pernah ada
Jangan berakhir karna esok
takkan lagi
Satu jam saja hingga ku rasa bahagia
Mengakhiri segalanya
Satu jam saja hingga ku rasa bahagia
Mengakhiri segalanya
Tapi kini tak mungkin lagi
Katamu semua sudah tak berarti tak berarti
Satu jam saja itu pun tak mungkin tak mungkin
Tak mungkin lagi
Katamu semua sudah tak berarti tak berarti
Satu jam saja itu pun tak mungkin tak mungkin
Tak mungkin lagi
Jangan berakhir ku ingin
sebentar lagi
Satu jam saja izinkan aku merasa
Rasa itu pernah ada
Izinkan aku merasa rasa itu pernah ada
Satu jam saja izinkan aku merasa
Rasa itu pernah ada
Izinkan aku merasa rasa itu pernah ada
" ga ada satu manusiapun di dunia ini yang mau ngerasain sakit untuk
ketiga kalinya, nis. aku yakin kalo pun kau di posisi kamu sekarang aku ga akan
sanggup" Rara semakin mengeratkan pelukannya untukku."tolong bilang,
Ra, aku harus gimana? apa aku ini terlalu gampangan sampai-sampai mereka begitu
mudahnya keluar masuk otakku? ketiga, ra... ketiga!! aku cuma pengen
bahagia,Ra. apa mencoba untuk bahagia itu salah?" air mata bagiku adalah
segalanya. aku bisa menari di linangannya, bahkan terbahak dalam isakannya.
"astaghfirullah.. istighfar Nisa, istighfar. Allah sangat baik ngizinin kamu ngerasain sakit ni. bersyukur, Nis. kamu lebih beruntung dari orang lain" suara itu meninggi. tangan Rara tidak bisa diam. aku tahu dia bisa mersakan apa yg aku alami. Anisa nya mulai runtuh kembali karena hati."apa kamu fikir rasa sakit ini biasa aja,Ra sampai aku harus mensyukurinya?" aku melepas pelukan Rara. ku benamkan wajahku yang sembab ke bantal sedalam-dalam nya. aku ingin berteriak sampai tak seorangpun bisa mendengar. ku tumpahkan emosi saat itu juga. aku menangis sejadi-jadinya.
Plaaaakk...
Rara menarikku kemudian menampar pipiku sekeras mungkin. bukan tanda bahwa ia marah padaku. itu peringatan bahwa dia tahu sakitnya luka di hati lebih parah dari tamparan tadi.
"istighfar, Nis... aku tau kamu sedang di dalam jurang, terhujam batu panas, tertusuk duri tajam tapi kamu lupa akan satu hal. KAMU BISA JATUH KARENA KAMU PERNAH BERADA DI TEMPAT YANG TINGGI. jangan sombong, Nisa. jangankan di tempat tertinggi, di kaki gunungpun aku sudah sering tersandung kerikil. ingat Nisa, hidup ini sepasang skenario yang Allah tulis jauh sebelum kita ada di Bumi ini. kebahagiaan punya pasangan yaitu kesedihan. sama seperti perempuan yang dipasangkan dengan kali-laki. saat ini kamu belum bahagia bukan berarti kamu belum pernah bahagia"
"astaghfirullah... ra, apa Allah mau maafin aku setelah aku hujat Ia seperti ini?" aku memandang mata Rara lebih lembut dari sebelumnya. bagiku ia adalah guru yang paling bijaksana
"Anisa Rainynda Zara yang dicintai Allah... bahkan ketika kamu menghujatpun Allah tidak pernah melepaskan pelukanNya untukmu, bagaimana mungkin ia tak menerima maafmu ketika kamu sudah mengakui bahwa kamu bersalah" tangannya lebih lembut dari biasanya. jari-jemari rara mulai bergerak mengharus tetesa-tetesan air mata yang sebagian mulai kering dari kelopaknya.
"Ra, boleh aku tetap menyimpan barang curian itu untukku? bukan apa-apa, aku hanya ingin mengenang sisa-sisa rsa bahagianya, Ra. apa Allah akan marah kalau aku masih minta dia untuk tinggal lebih lama denganku?"
"aku kira Allah akan bahagia asal kamu ga berlarut dengannya. ingat Anisa, semua hal jika dibiasakan pasti bisa kok"
aku tau, Allah... tanganku tak sanggup memelukmu balik, mataku tak sanggup menatap balik pandanganmu, hatiku tak sanggup membalas cinta dengan cara yang sama seperti yang Kau lakukan padaku, imanku tak sanggup menandingi rasa percayamu padaku, tapi aku akan terus berusaha menjadi wanita yang patut Kau hadiahi surga. aku akan berusaha kuat seperti pelukanmu yang tak pernh lepas meski aku menjadi pembangkang seumur hidupku.
rasa sakit ini, kecewa ini, aku tau pemuaranya adlah bahagia dahulu kemudian terluka. aku tau setiap roda ada waktunya untuk berganti posisi dan itu memang hak mutlak Mu untuk menjadikanku mengemudi atau duduk sebagai aktor saja.
untuk ketiga kalinya seorang Anisa rainynda Zara Kau hadiahi hujaman rasa seperti ini, ya Malik... aku tau Kau lebih hebat membuatku kuat. aku tau akan ada seseorang yang tidak ingin melepaskanku, yang akan tetep mencariku, yang tetap menggenggam tanganku meski aku memaksa ia untuk jauh dariku. aku tau akan ada saat dimana aku akan bersyukur lebih hebat dari biasanya karena telah Kau hadirkan ia bukan hanya sebagai "calon" tapi sebagai penjaga hati yang abadi.
Ishbir ya Anisa...
jangan salahkan siappun atas apapun. ingat, kau lebih beruntung atas semua rasa yang Ia hadirkan untukmu...
-anisa Ayumi-
"astaghfirullah.. istighfar Nisa, istighfar. Allah sangat baik ngizinin kamu ngerasain sakit ni. bersyukur, Nis. kamu lebih beruntung dari orang lain" suara itu meninggi. tangan Rara tidak bisa diam. aku tahu dia bisa mersakan apa yg aku alami. Anisa nya mulai runtuh kembali karena hati."apa kamu fikir rasa sakit ini biasa aja,Ra sampai aku harus mensyukurinya?" aku melepas pelukan Rara. ku benamkan wajahku yang sembab ke bantal sedalam-dalam nya. aku ingin berteriak sampai tak seorangpun bisa mendengar. ku tumpahkan emosi saat itu juga. aku menangis sejadi-jadinya.
Plaaaakk...
Rara menarikku kemudian menampar pipiku sekeras mungkin. bukan tanda bahwa ia marah padaku. itu peringatan bahwa dia tahu sakitnya luka di hati lebih parah dari tamparan tadi.
"istighfar, Nis... aku tau kamu sedang di dalam jurang, terhujam batu panas, tertusuk duri tajam tapi kamu lupa akan satu hal. KAMU BISA JATUH KARENA KAMU PERNAH BERADA DI TEMPAT YANG TINGGI. jangan sombong, Nisa. jangankan di tempat tertinggi, di kaki gunungpun aku sudah sering tersandung kerikil. ingat Nisa, hidup ini sepasang skenario yang Allah tulis jauh sebelum kita ada di Bumi ini. kebahagiaan punya pasangan yaitu kesedihan. sama seperti perempuan yang dipasangkan dengan kali-laki. saat ini kamu belum bahagia bukan berarti kamu belum pernah bahagia"
"astaghfirullah... ra, apa Allah mau maafin aku setelah aku hujat Ia seperti ini?" aku memandang mata Rara lebih lembut dari sebelumnya. bagiku ia adalah guru yang paling bijaksana
"Anisa Rainynda Zara yang dicintai Allah... bahkan ketika kamu menghujatpun Allah tidak pernah melepaskan pelukanNya untukmu, bagaimana mungkin ia tak menerima maafmu ketika kamu sudah mengakui bahwa kamu bersalah" tangannya lebih lembut dari biasanya. jari-jemari rara mulai bergerak mengharus tetesa-tetesan air mata yang sebagian mulai kering dari kelopaknya.
"Ra, boleh aku tetap menyimpan barang curian itu untukku? bukan apa-apa, aku hanya ingin mengenang sisa-sisa rsa bahagianya, Ra. apa Allah akan marah kalau aku masih minta dia untuk tinggal lebih lama denganku?"
"aku kira Allah akan bahagia asal kamu ga berlarut dengannya. ingat Anisa, semua hal jika dibiasakan pasti bisa kok"
aku tau, Allah... tanganku tak sanggup memelukmu balik, mataku tak sanggup menatap balik pandanganmu, hatiku tak sanggup membalas cinta dengan cara yang sama seperti yang Kau lakukan padaku, imanku tak sanggup menandingi rasa percayamu padaku, tapi aku akan terus berusaha menjadi wanita yang patut Kau hadiahi surga. aku akan berusaha kuat seperti pelukanmu yang tak pernh lepas meski aku menjadi pembangkang seumur hidupku.
rasa sakit ini, kecewa ini, aku tau pemuaranya adlah bahagia dahulu kemudian terluka. aku tau setiap roda ada waktunya untuk berganti posisi dan itu memang hak mutlak Mu untuk menjadikanku mengemudi atau duduk sebagai aktor saja.
untuk ketiga kalinya seorang Anisa rainynda Zara Kau hadiahi hujaman rasa seperti ini, ya Malik... aku tau Kau lebih hebat membuatku kuat. aku tau akan ada seseorang yang tidak ingin melepaskanku, yang akan tetep mencariku, yang tetap menggenggam tanganku meski aku memaksa ia untuk jauh dariku. aku tau akan ada saat dimana aku akan bersyukur lebih hebat dari biasanya karena telah Kau hadirkan ia bukan hanya sebagai "calon" tapi sebagai penjaga hati yang abadi.
Ishbir ya Anisa...
jangan salahkan siappun atas apapun. ingat, kau lebih beruntung atas semua rasa yang Ia hadirkan untukmu...
-anisa Ayumi-
No comments:
Post a Comment