bismillahirrahmanirrrahim...
Pernahkah kita sadar
bahwa kita berada di satu lingkran waktu dengan titik koordinat yang berbeda
namun dengan satu titik yang sama? Ya, aku mengalaminya. Sering aku berpikir
bahwa aku telah berpindah posisi dari satu hal ke hal lain yang menurutku
berbeda. Nyatanya aku masih saja memutari hal itu-itu saja, walau posisinya
beda.
Tau maksudnya apa?
Selama ini ternyata
aku berkutat dengan siklus yang sama, dengan topic yang sama. Hanya saja lawan
main dalam scene itu berbeda-beda. Mungkin ini salah satu kelemahanku sehingga
Tuhan perlu menguji lebih dari dua kali. Nyatanya aku masih saja lemah dengan
hal satu ini.merasa butuh padahal kenyataannya aku cuma Sok Tahu. Sok menggurui
diri sendiri, merasa paling tahu padahal kenyataannya tidak.
Siklusnya hati itu
sama. Dimulai dari harapan, lalu dihadirkan pemeran pembantu yang seolah
membuat harapan itu akan terwujud. Muncul siluet bahagia, ingat! Ini hanya
siluet. Bukan cahaya yang sebenarnya. Perlahan ada kecewa yang diikuti sakit
berkepanjangan. Akhirnya kau tau bahwa saat ini kau tengah merasakan sakit
hati. Bodohnya manusia tak sadar dan masih menganggap bahwa itu hanya batu
krikil menuju bahagia. Tidak ada salahnya memang, tapi, ada kalanya kita pun
harus menghitung mundur, sedikit mengambil langkah kebelakang untuk memastikan
bahwa lompatan kita tepat sasaran. Terkadang yang kita anggp baik bukanlah
sebaik-baik keputusan seperti yang Tuhan jalankan. Manusia memang sombong.
Selalu menganggap diri ini lebih tau tentang apa yang bisa membuat kita bahagia
padahal justru jalan yang kita anggap akan berakhir bahagia adalah suatu proses
berulang yang sangat menyakitkan.
Pernah berpikir bahwa
saat ini, di luar sana tengah ada seorang manusia yang memikirkanmu,
mengharapkanmu, mendoakanmu lebih dari setengah waktu ibadahnya, atau sekedar
menceritakanmu tentang perasaannya yang begitu ingin bertemu denganmu melalui
bulan? Padahal nyatanya bulan masa bodo dengan celotehnya. Atau perasaan rindu
yang terpaksa dihanyutkan bersama rinai hujan karena tak sanggup menghabiskannya
dengan air mata. semua manusia menganggapnya sebagai pengorbanan untuk
seseorang yang dicintai. Hanya saja terkadang kita salah kaprah dengan segala
rasa sakit yang Tuhan hadirkan. Kita menghardik pada hal yang kita sendiri
belum tahu hikmah dan mudaratnya apa.
Kita tidak tahu
seperti apa kondisi hati kita saat ini sehingga kita pun tak tau obatnya apa.
pemilik hatimu adalah tabib yang mengobati segala luka, segala lara, segala
kesedihan lalu yang tak sanggup kau sembuhkan seorang diri. Itu anugerah Tuhan.
Sayangnya manusia hanya terfokus pada rasa sakit hingga tak sempat memikirkan
apa yang dirinya butuh.
Pernah berfikir orang
yang saat ini kita rindukan akan merindukan kita juga? Apakah dia kan
melakaukan hal yg sama, menghabiskan waktunya semalaman untuk mengungkapkan
rindunya secara konyol pada angin malam? Nyatanya kita sering tak sadar sedang
dibodohi oleh perasaan tak bertuan.
Ketika seseorang
pergi, tangisilah ia sebentar saja, buatlah sedihmu terfokus hingga tak tersisa
sedih sedikitpun esok paginya. Tapi jangan kau lanjutkan. Tubuhmu, jiwamu,
hatimu butuh seseorang yang bisa menjaganya dan yang pasti bukan dia yang
jelas-jelas telah Tuhan jauhkan dari dirimu. Jika berjodoh, apapun hal buruk
yang menimpa kau dan dia di tengah penantian, pastilah akan terbayar tuntas
setelah akad datang.
Yang saat ini kita
butuhkan adalah percaya bahwa segala rasa sakit saat ini hanyalah siluet yang
tetap akan berakhir bahagia. Orang besar bukan terlahir sebagai orang besar.
Orang besar terlahir sebagai orang kecil kemudian keinginannya untuk menjadi
besarlah yang membuatnya tumbuh menjdi manusia yang besar.
Jagalah sebaik
mungkin hatimu, karena boleh jadi saat ini tengah ada setengah hatimu yang
tengah berjalan mendekatimu. Seringnya kita terfokus pada seseorang yg sempurna
untuk menemani hidup kita, tpi kita lupa mempersiapkan sebaik mungkin tempat
yang akan ditempatiny setelah ia datang. Buatlah ia senyaman mungkin di sisimu
agar ia tak jengah dan enggan pergi dari singgsananya.
Sincerely, Ayumi
No comments:
Post a Comment