Tuesday, August 19, 2014

Mengagumimu Dari Jauh



“Apa perlu kubuat dunia ini terbalik agar kau sama sekali tidak melihat mereka yang membuat matamu menatapnya lebih lama?” – Abang

Sejujurnya aku cemburu,
pada orang-orang yang mampu membuatmu begitu antusias hingga bersorak-sorai menyambut kedatangannya meski ia hanyalah seorang bayi.

Sejujurnya aku cemburu,
dengan mereka yang bisa membuatmu nyaman diperaduan pundaknya. Meski ia adalah sahabatmu.

Sejujurnya aku cemburu,
dengan mereka yang tidak bosan dengan celotehmu yang tak ada habisnya meski sebenarnya memang kau begitu menggemaskan. 

Bahkan, aku cemburu pada setiap dosen atau pemateri yang mampu membuat matamu diam tak bergeming, membius mulutmu, bahkan membuatmu berani bicara dengan lantang. Kenapa tidak bisa melakukan itu juga padaku? Padahal aku cukup cakap berbicara ketika menjadi pemateri di seminar kemahasiswaan. Apa aku tidak cukup menarik?

Tapi, jujur, dari lubuk hatiku terdalam ada sedikit ganjalan yang sulit untuk aku bilang. Kau seperti kantong rahim yang begitu spesial. Tapi, entah mengapa kadang para Ibu mengeluhkan sakitmu ketika mereka mengandung dzuriatnya.

Bagiku begitu.
kau sangat istimewa, tapi, sering aku merasa sebal dengan suaramu yang berisik, dengan tingkah polahmu yang ada-ada saja, dengan guyonmu yang licik, dengan tawa lebarmu yang begitu menyebalkan. Kau tahu, cubitanmu di lenganku itu sangat sakit. Gigitanmu sangat pedih di pundakku walaupun alasanmu karena kau begitu gemas denganku.

Sebenarnya kamu itu sangat menyebalkan,
tapi...
tetap saja, aku rindu segala kecerobohanmu.

Aku tetap ingin menjadi orang yang bisa membuatmu bisa mempercayakan rahasiamu atau sekedar cerita-cerita konyol yang kau temui didalam Transmusi, atau, menjadi pundak yang nyaman untukmu bersandar dan tidur di bus kampus. Jujur, keinginan itu kadang membuat dadaku sesak manakala aku hanya sanggup menatapmu dari bangku di belakangmu, mendengar gelak tawamu dengan teman sebelahmu, memandangimu dari jauh ketika kau tidur lelap di dalam bus. Kamu tahu, aku kadang ingin sekali memasangkan masker agar tak ada debu yang masuk ke saluran pernafasanmu, atau, kipas yang mendinginkanmu ketika dijalan.

Ay, walau tak ada satu orangpun yang tahu, kamu ingat, ketika kita tidak sengaja kita duduk dibangku yang sama, dadaku begitu bergemuruh, jantungku serasa mau copot, dan bahagianya aku karena tak lama setelah Bus jalan kau tertidur. Kau sadar tidak, wajahmu sangat ayu, bahkan ketika tidur. Bibirmu yang tipis itu akhirnya bisa kulihat diam dan aku suka itu.

Ya...

Aku begitu suka memandangimu ketika tidur. Entah sadar atau tidak, aku pernah menyimpan potretmu ketika kau tidur. Tapi, maaf, tak bisa kumuat di sini.

Ay, walau aku tau panggilan "Abang"mu untukku hanya sekedar penghormatanmu karena usiaku yang lebih tua darimu. Tapi, bagiku itu lebih dari bahagianya mendaki gunung atau menikmati sunset di Tepi Pantai. Andai itu panggilan yang kau tujukan untuk orang yang spesial bagimu, Ay.

Semoga kau tidak dan tak akan pernah tau bahwa di Bus itu ada aku yang menjagamu dari kejauhan. Semoga kau tidak tahu ada potretmu di Handphoneku. Sampai saatnya benar-benar tiba. Kalaupun tidak, aku cukup bahagia bisa mengagumimu dari jauh.

Sincerely, Rayhan "Abang" Mahendra.

No comments:

Post a Comment